When He Gives You Closure, Lets Give Him Boundaries
![]() |
Pic Source: unsplash |
Hallo bestie,
Kalian ada yang suka pakai platform sosial media tik tok ga sih? Kalo iyya, pasti kalian sering banget kan liat quotes ini "When he gives you closure, lets give him boundaries" berseliweran di fyp dan biasanya disajikan dengan segala foto-foto yang estetik nan menarik. Nah dari quotes inilah yang membuatku terinspirasi untuk menulis postingan kali ini. Kenapa? karena pasti di luaran sana banyak yang merasa relate dengan quotes ini. Jika ditelisik quotes diatas itu memang yaah bisa dibilang sikap tegas nan elegan yang dihasilkan dari sebuah penolakan. Kenapa dibilang elegan? Well, mari kita pelajari bersama.
Sebelum kita bahas lebih lanjut, ada baiknya kita pelajari dulu apa itu yang dimaksud dengan closure. Closure dalam quotes diatas adalah sebuah sikap atau proses yang melibatkan sisi emosional dalam mengakhiri suatu hubungan. Sebenarnya proses seperti ini sudah ada sejak dahulu, namun istilah closure baru mulai trending beberapa waktu belakangan ini. Contoh sikap yang bisa diklasifikasikan dalam bentuk closure, adalah ketika pasanganmu mulai tidak membalas pesan yang kamu kirimkan, padahal dia terlihat aktif di media sosial miliknya, tidak saling memberikan kabar padahal sedang menjalani hubungan jarak jauh, tidak ada inisiatif untuk memulai percakapan terlebih dahulu, menjawab pesan dengan singkat, mulai bersikap dingin terhadap pasangan padahal biasanya selalu romantis, dsb.
Ketika sikap closure sudah mulai muncul, itu artinya mulai ada sesuatu hal yang "janggal" dan bisa dibilang hal yang bersifat negatif dalam suatu hubungan, entah itu mulai munculnya ketidakcocokan dengan pasangan, rasa bosan, rasa cinta yang mulai memudar, hilangnya rasa ketertarikan pada pasangan, atau bahkan adanya orang ketiga, dll. Sikap closure ini bisa diartikan juga sebagai sebuah penutupan ataupun penolakan. Sejatinya dalam sebuah hubungan, closure bisa muncul kapanpun dan dari siapapun tanpa kita ketahui. Lalu bagaimana sih sikap terbaik kita ketika sudah menghadapi closure yang mulai muncul dalam sebuah hubungan itu.
Sebelum kita membahas cara menyikapi sebuah closure, ada baiknya kita lihat dulu hubungan seperti apa yang kita maksud disini, serta kita pahami kriteria dari orang yang menunjukkan sikap tersebut. Jika katakanlah, masih dalam tahap hubungan pendekatan (pedekate), dimana biasanya dalam fase ini adalah fase untuk saling mengenal lebih jauh tentang satu sama lain. Namun tiba-tiba si dia mulai menunjukkan sikap closure, maka kamu tidak perlu pusing, tidak perlu meragukan nilaimu, tidak perlu merasa tidak pantas, tidak perlu merasa ada yang salah pada dirimu, tidak perlu merasa bahwa kamu tidak cukup baik untuk diperjuangkan, dan tidak perlu galau. Tanamkan pada dirimu untuk tetap bersikap tenang dan elegan. Bagaimana caranya? Tidak perlu galau, tidak perlu menanyakan kepadanya mengapa ia bersikap demikian, lalu lanjutkan hidupmu dengan baik. Kerjakan hal-hal yang membuatmu bahagia, cari hobi baru, upgrade dirimu untuk menjadi lebih baik, tidak perlu lagi kepo (mencari-cari kabarnya). Dan kamu harus yakin dengan ungkapan ini:
"Jika kamu diingikan sudah pasti kamu diusahakan, namun jika kamu didiamkan sudah pasti kamu di antara banyak pilihan".
Biasanya sikap closure dalam hubungan pedekate itu muncul ketika; salah satu pihak mulai merasa ada ketidak cocokan, merasa bahwa orang tersebut tidak sesuai dengan kriteria yang dia inginkan, mulai merasa bosan, atau bahkan ada orang yang lebih diinginkan (bisa jadi kamu hanyalah pelampiasan atau cadangan baginya). Jadi penyebab sikap closure itu tak selalu berasal dari kekurangan yang ada pada dirimu, bisa jadi memang dari si dia sendiri yang tidak menginginkanmu karena berbagai alasan. So, you gotta live your life in a happy way girl.
Apabila masih dalam tahap hubungan pacaran kemudian pacarmu memberikan sikap closure maka cari tahu terlebih dahulu penyebab sikap tersebut muncul karena apa. Setelah ketemu akar masalahnya, maka utarakan. Bicarakan dengan kepala dingin kepada pasanganmu tentang masalah tersebut, cari solusi bersama. Jika memungkinkan untuk diperbaiki maka perbaiki, namun jika dirasa sudah tidak ada titik temu mungkin "putus" adalah jalan terbaik, apalagi jika pacarmu adalah orang yang redflag, so no doubt to say goodbye. Pun sebaliknya, jika akar masalah tersebut bisa diselesaikan dengan baik dan dirasa kalian masih memiliki keinginan untuk memperbaiki hubungan, maka mulailah untuk lebih saling memahami agar masalah-masalah serupa tidak muncul di kemudian hari.
Solusi bisa berbeda jika hubungan yang dijalani adalah hubungan pernikahan. Karena tidak semudah itu untuk mengatakan kata perpisahan bukan, pasti ada banyak hal yang harus dipertimbangkan secara masak-masak. Sebagaimana kita ketahui dalam suatu pernikahan bukan hanya tentang dua individu, melainkan tentang dua keluarga, bahkan jika sudah memiliki anak maka akan semakin kompleks hal-hal yang harus dipertimbangkan. Karena disadari ataupun tidak, keputusan yang diambil akan sedikit banyak berpengaruh pada orang-orang tersebut. That's why, ada orang yang mengatakan bahwa:
"Ketika kamu ingin menikah, maka kamu harus siap untuk menurunkan ego masing-masing agar pernikahan itu bisa langgeng".
Dalam sebuah pernikahan, ketika muncul sikap-sikap yang bisa dikatakan closure, maka cara yang terbaik untuk dilakukan adalah deep talk dengan pasangan. Ungkapkan mengapa kamu merasa pasangan mulai bersikap yang seolah menunjukkan sebuah closure, lalu tanyakan alasan dibalik sikap tersebut. Cari cara untuk memecahkan masalah tersebut dengan baik agar hubungan rumah tangga bisa kembali hangat. Dengan deep talk seperti ini semestinya masalah jadi lebih mudah teridentifikasi dan terpecahkan. Namun jika dirasa akar masalahnya terlalu rumit, terlalu berat hingga mengarah pada perceraian, maka jangan terburu-buru untuk mengambil keputusan untuk pisah. Bicarakan terlebih dahulu dengan kepala dingin, lalu ambilah waktu untuk saling instrospeksi diri, semaksimal mungkin usahakan untuk memperbaiki hal-hal yang bisa diperbaiki, lalu libatkan Tuhanmu. Tanyakanlah kepada Tuhanmu tentang masalah tersebut, dan mohonlah agar diberikan petunjuk bagaimana solusi yang terbaik untuk kedua belah pihak.
Dari beberapa hal sudah ku bahas di atas, bisa kita simpulkan bahwa sikap elegan untuk menyikapi sebuah closure adalah dengan tetap tenang (jangan langsung tersulut emosi), dan bicarakan masalah tersebut dengan pasangan. Lalu cari solusi bersama, selanjutnya terimalah dengan ikhlas dan lapang dada keputusan apapun yang disepakati bersama pasangan. Hal ini jauh lebih baik, jika dibandingkan dengan sikap yang langsung emosi (contohnya; marah-marah, mengacau, berkata kasar, dsb) ketika menghadapi sikap closure. Karena ketika kita mengedepankan amarah maka niscahya masalah akan lebih rumit, dan lebih susah untuk diselesaikan.
Jangan lupa untuk tetapkan batasan (set boundaries), jika sudah memutuskan untuk menerima setiap penolakan dan berujung pada "perpisahan" maka jangan pernah memulai untuk mencari kabar tentangnya, atau bahkan memulai percakapan dengannya baik melalui chat ataupun telephone. Meski terkadang rasa rindu itu muncul, namun kamu harus tetap ingat bahwa "ia tak menginginkanmu lagi", jadi menghilanglah darinya dengan cara yang elegan, serta belajarlah untuk ikhlas menerima kenyataan tersebut. Menghilang dengan cara yang elegan bisa berupa, tidak menunjukkan rasa sedih ataupun galau atas kandasnya suatu hubungan. Jangan biarkan masalah ini membuatmu melupakan kebaikan-kebaikan serta hal-hal indah yang ada di sekelilingmu. Bantulah ia yang ingin menghapusmu dari hidupnya dengan cara tak lagi mengganggunya dan lanjutkan hidupmu dengan bahagia layaknya sebelum ia datang ke dalam kehidupanmu, serta sibukkan dirimu dengan kegiatan-kegiatan positif yang membuatmu bahagia.
Kalau menurut kamu sikap terbaik untuk menghadapi sebuah closure itu gimana sih? Yuk coba sharing dan komen di bawah ya.
Terimakasih sudah baca.